Art to Heart with Kezia Karin
(Interview at LAFLO)
Kezia Karin, wanita muda di balik studio interior kreatif Kezia Karin Studio kini berbincang dengan Deborah Iskandar dari ISA Art and Design. Karin, begitu panggilan akrab dari wanita asal Surabaya ini, banyak mengutarakan sisi artistiknya dalam meramu rancangan-rancangan interiornya.
Bagaimana anda, Karin, memulai usaha anda Kezia Karin Studio?
Kisah saya dimulai ketika saya masih bekerja sendiri di suatu kamar kost, di Surabaya dengan tim yang terdiri dari dua orang lain. Tak lama, ketika proyek kami sudah semakin banyak, kami pindah ke rumah kontrak lalu ke rumah yang saya beli sendiri. Lalu tanpa terasa, tiga tahun yang lalu saya membuka kantor cabang di Jakarta.
Apa landasan anda dalam merancang?
Kami selalu memilih kualitas di atas kuantitas, yang terpenting bukanlah memiliki puluhan proyek tapi untuk terus menerus mengerjakan proyek berkualitas. Kami tidak mau kehilangan waktu untuk diri sendiri. Kami tidak ingin kreativitas kami terkikis karena kami tidak lagi memiliki waktu untuk berefleksi dan menggali inspirasi.
Bagaimana cara anda dalam mencari inspirasi?
Saya yakin bahwa seorang desainer harus dapat selalu menemukan inspirasinya kapan dan dimana saja. Kita harus selalu dapat terinspirasi oleh hal-hal di sekitar kita, baik itu dari film, buku, pameran seni, fashion, dan melalui diskusi dengan orang lain.
Jika anda adalah seorang seniman, karya seni seperti apa yang akan anda ciptakan?
Sesuatu yang sangat empiris, sesuatu yang dapat mengubah pikiran orang yang menikmatinya. Saya selalu suka menciptakan hal-hal yang dapat mengubah pikiran, yang dapat menimbulkan diskusi, dan memberi ide-ide baru.
Siapa seniman yang anda sukai?
Saya suka Olafur Eliasson dan James Turrell. Saya rasa karya mereka sangat inklusif, meskipun anda bukan berasal dari kelompok seni, anda tetap dapat memahami dan menikmati karya mereka. Saya rasa seni instalasi memang menarik karena penikmatnya dapat secara langsung menjadi bagian dari karya tersebut.
Sebagai seorang desainer interior, bagaimana anda memandang karya seni?
Kadangkala saat saya merancang sesuatu, suatu proyek besar misalnya, saya memulai dengan berpikir karya seni apa yang akan saya gunakan dan bagaimana saya merancang ruang di sekelilingnya. Karya seni tidak pernah menjadi sekadar objek dekorasi. Menurut saya, lukisan yang tepat dapat menjadi pusat perhatian suatu ruangan.
Saya selalu merasa bahwa ruangan tertentu akan terasa membosankan jika tidak memiliki karya seni yang tepat. Saya rasa karya seni dapat menjadi sebuah titik balik dari desain yang ada dan mengubah cara anda mempresentasikan karya itu di ruang yang tepat agar orang lain dapat menikmati karya tersebut sebagaimana mestinya. Jangan sampai desain kita bersaing dengan objek seni yang kita letakkan.
Seperti ketika saya bekerja sama dengan ISA Art dalam merancang proyek residensial, dimana klien saya membeli sebuah lukisan karya Kumari Nahappan. Kami sangat menyukai lukisan Nahappan yang kami letakkan di ruang tamu dan memutuskan untuk memindahkan meja console dari ruang tamu ke ruangan lain. Kami tidak memindahkan lukisannya karena lukisan tersebut terlihat sangat cantik berada di ruang tamu.
Apakah anda memiliki pesan bagi para desainer muda dalam mengimplementasikan karya seni ke dalam sebuah rancangan?
Selalu pilih kualitas di atas kuantitas. Selalu berusaha untuk memahami dan mengerti karya seni, berdiskusilah dengan orang lain tentang bagaimana cara terbaik meletakkan karya seni yang terpilih. Karena jika kita tidak berpikir cukup serius bagaimana mempresentasikannya, karya tersebut akan terlihat membosankan. Jika kita ingin memajang sesuatu yang berarti, kita harus berpikir matang-matang. Itulah yang disebut desain yang baik.